Paguyuban Petani Sehat Lestari Kedungjati Luncurkan Produk Beras Sehat “Berlian SAE”

Staf Ahli Bupati lihat beras sae

PURBALINGGA – Paguyuban Petani Sehat Lestari Desa Kedungjati Kecamatan Bukateja, meluncurkan produk unggulan berupa beras sehat “Berlian SAE”. Produk beras sehat ini merupakan hasil produksi budidaya ramah lingkungan yang dilakukan oleh 7 kelompok tani di desa itu yang tergabung dalam Paguyuban Sehat Lestari.

“Beras ini memiliki keunggulan dalam cita rasa. Karena produk ini memanfaatkan benih lokal yang di budidaya secara sehat dan ramah lingkungan. Sayangnya stok produksi sementara ini masih terbatas,” kata Ketua Paguyuban Sehat Lestari, Suparmin, saat acara Sarasehan Petani dan Peluncuran Produk Beras Petani Sehat Lestari di Aula Balai Desa Kedungjati, Kamis (24/4).

Kegiatan tersebut, dihadiri Staf Ahli Bupati Bidang Hukum dan Politik Djarot Sopan Riyadi yang mewakili Bupati, Kabid Tanaman Pangan dan Holtikultura pada Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan (Dintanbunhut) Sukram, Camat Bukateja Imam Sudjono dan sejumlah dinas terkait. Acara itu mendapatkan inisiasi dari Dompet Duafa melalui Program Petani Desa Berdikari Klaster Purbalingga.

Menurut Suparmin, sejak setahun lalu, saat paguyuban sehat lestari berdiri, kegiatannya mendapat pendampingan dari lembaga Pertanian Sehat Indonesia (PSI) Dompet Duafa. Dari 7 kelompok tani yang ada, terdapat 75 petani yang bergerak dalam budidaya pertanian sehat dengan luas lahan garapan mencapai 11,4 hektar.

“Paguyuban mendapat kucuran dana sebesar Rp 187 juta untu pembiayaan usaha para petani. Saat panen, petani yang memanfaatkan pembiayaan itu, wajib mengembalikan kepada paguyuban sesuai yang dihunakan,” jelasnya.

Dengan pola tersebut, para petani terbantu dalam hal pembiayaan sehingga tidak memanfaatkan pembiayaan dari pihak lain. Bila nantinya dapat berkembang, maka paguyuban dapat merekrut anggota baru.

Tendi Satio, Manager Program Ekonomi Dompet Duafa menuturkan, program petani desa berdikari di Kabupaten Purbalingga mengambil sasaran lokasi program di Desa Kedungjati Kecamatan Bukateja. Petani di desa ini, lanjutnya, telah memiliki komitmen yang kuat untuk mengusahakan budidaya pertanian secara sehat dan ramah lingkungan.

“Sasarannya 100 KK atau 20 hektar lahan pertanian. Terdiri dari 75 KK budi daya padi sehat seluas 15 hektar dan 25 KK penangkar benih dengan luas lahan 5 hektar,” jelasnya.

Program pendampingan akan dilaksanakan selama dua tahun dengan target produksi 100 ton beras SAE per musim atau senilai Rp 450 juta. Kemudian untuk program penangkaran bibit, target produksi selama dua tahun mencapai 400 ton atau senilai Rp 2,1 miliar.

Kabid Tanaman Pangan dan Holtikultura Dintanbunhut, Sukram, sangat mendukung pelaksanaan program yang dilakukan para petani di Kedungjati. Produk pertanian organic seperti yang dilakukan petani Kediungjati akan dikembangkan secara bertahap.

“Petani lainnya baru mengembangkan pertanian semi organic. Disini sudah benar-benar organic. Pengembangan tidak hanya sebatas pada budidaya padi, tetapi produk pertanian lainnya,” katanya.

Pertanian organic di Purbalingga, lanjut Sukram, masih dilaksanakan spot spot. Artinya baru dilaksanakan oleh petani secara mandiri. Padahal, pihak provinsi berjanji akan memberikan fasilitasi kepada para pembudidaya pertanian organi hingga menyentuh program pemasarannya.

“Kesulitan kita adalah banyak petani yang tidak memiliki lahan sendiri. Biasanya lahan budidaya yang dikelola menggunakan system sewa. Sehingga kontinyuitasnya tidak dapat terjamin,” tambahnya.

Program pertanian organic pernah dicoba dikembangkan di Karangjambe, Kecamatan Padamara dan di wilayah kecamatan Mrebet. Namun karena kendala ferifikasi kepemilikan maka program tersebut tidak dapat berjalan.

PURBALINGGA, HUMAS – Paguyuban Petani Sehat Lestari Desa Kedungjati Kecamatan Bukateja, meluncurkan produk unggulan berupa beras sehat “Berlian SAE”. Produk beras sehat ini merupakan hasil produksi budidaya ramah lingkungan yang dilakukan oleh 7 kelompok tani di desa itu yang tergabung dalam Paguyuban Sehat Lestari.

“Beras ini memiliki keunggulan dalam cita rasa. Karena produk ini memanfaatkan benih lokal yang di budidaya secara sehat dan ramah lingkungan. Sayangnya stok produksi sementara ini masih terbatas,” kata Ketua Paguyuban Sehat Lestari, Suparmin, saat acara Sarasehan Petani dan Peluncuran Produk Beras Petani Sehat Lestari di Aula Balai Desa Kedungjati, Kamis (24/4).

Kegiatan tersebut, dihadiri Staf Ahli Bupati Bidang Hukum dan Politik Djarot Sopan Riyadi yang mewakili Bupati, Kabid Tanaman Pangan dan Holtikultura pada Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan (Dintanbunhut) Sukram, Camat Bukateja Imam Sudjono dan sejumlah dinas terkait. Acara itu mendapatkan inisiasi dari Dompet Duafa melalui Program Petani Desa Berdikari Klaster Purbalingga.

Menurut Suparmin, sejak setahun lalu, saat paguyuban sehat lestari berdiri, kegiatannya mendapat pendampingan dari lembaga Pertanian Sehat Indonesia (PSI) Dompet Duafa. Dari 7 kelompok tani yang ada, terdapat 75 petani yang bergerak dalam budidaya pertanian sehat dengan luas lahan garapan mencapai 11,4 hektar.

“Paguyuban mendapat kucuran dana sebesar Rp 187 juta untu pembiayaan usaha para petani. Saat panen, petani yang memanfaatkan pembiayaan itu, wajib mengembalikan kepada paguyuban sesuai yang dihunakan,” jelasnya.

Dengan pola tersebut, para petani terbantu dalam hal pembiayaan sehingga tidak memanfaatkan pembiayaan dari pihak lain. Bila nantinya dapat berkembang, maka paguyuban dapat merekrut anggota baru.

Tendi Satio, Manager Program Ekonomi Dompet Duafa menuturkan, program petani desa berdikari di Kabupaten Purbalingga mengambil sasaran lokasi program di Desa Kedungjati Kecamatan Bukateja. Petani di desa ini, lanjutnya, telah memiliki komitmen yang kuat untuk mengusahakan budidaya pertanian secara sehat dan ramah lingkungan.

“Sasarannya 100 KK atau 20 hektar lahan pertanian. Terdiri dari 75 KK budi daya padi sehat seluas 15 hektar dan 25 KK penangkar benih dengan luas lahan 5 hektar,” jelasnya.

Program pendampingan akan dilaksanakan selama dua tahun dengan target produksi 100 ton beras SAE per musim atau senilai Rp 450 juta. Kemudian untuk program penangkaran bibit, target produksi selama dua tahun mencapai 400 ton atau senilai Rp 2,1 miliar.

Kabid Tanaman Pangan dan Holtikultura Dintanbunhut, Sukram, sangat mendukung pelaksanaan program yang dilakukan para petani di Kedungjati. Produk pertanian organic seperti yang dilakukan petani Kediungjati akan dikembangkan secara bertahap.

“Petani lainnya baru mengembangkan pertanian semi organic. Disini sudah benar-benar organic. Pengembangan tidak hanya sebatas pada budidaya padi, tetapi produk pertanian lainnya,” katanya.

Pertanian organic di Purbalingga, lanjut Sukram, masih dilaksanakan spot spot. Artinya baru dilaksanakan oleh petani secara mandiri. Padahal, pihak provinsi berjanji akan memberikan fasilitasi kepada para pembudidaya pertanian organi hingga menyentuh program pemasarannya.

“Kesulitan kita adalah banyak petani yang tidak memiliki lahan sendiri. Biasanya lahan budidaya yang dikelola menggunakan system sewa. Sehingga kontinyuitasnya tidak dapat terjamin,” tambahnya.

Program pertanian organic pernah dicoba dikembangkan di Karangjambe, Kecamatan Padamara dan di wilayah kecamatan Mrebet. Namun karena kendala ferifikasi kepemilikan maka program tersebut tidak dapat berjalan. (Humas/Hr)

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *