Dirjen PSP menyerahkan bantuan optimalisasi lahan pertanian senilai lebih dari 4 miliar

Bantuan dirjen PSP Pertanian

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Dirjen PSP) Kementerian Pertanian RI Dr Ir Sumarjo Gatot Irianto MS DAA mengaku prihatin dengan alih fungsi lahan sepanjang perjalanan dari Purwokerto menuju Purbalingga. Sumarjo juga mengatakan pihaknya hanya akan memberikan bantuan pada petani yang mendukung ‘Nol untuk Alih Fungsi Lahan’.

“Alih fungsi lahan mengerikan. Ini juga terjadi di hampir seluruh pelosok tanah air. Kalau membangun rumah atau toko, sebisa mungkin gunakan lahan kering, jangan lahan sawah,” tegasnya saat memberikan pengarahan pada Sarasehan dalam rangka Panen Padi dengan Teknologi System of Rice Intensification (SRI) di Desa Senon Kecamatan Kemangkon, Sabtu (7/9).

Sumarjo meminta komiten Bupati untuk mendukung ‘Nol untuk Alih Fungsi Lahan’. Karena, kata dia, jika pemimpin daerah tegas, maka lahan subur dapat terselamatkan. Penyelamatan lahan subur juga berarti penyelamatan kehidupan masyarakat kita yang 90 persen mengkonsumsi beras.

“Nanti kalau di padang mahsyar, saya dan pak bupati akan dimintai pertanggungjawaban jika sampai ada lahan subur habis untuk perumahan dan pertokoan. Ini serius!” tegasnya lagi.

Selain kepada bupati, Sumarjo juga meminta dukungan para petani. Petani diminta memprakarsai Peraturan Desa (Perdes) untuk mendukung ‘Nol untuk Alih Fungsi Lahan’. Bahkan dia berjanji, akan menggelontorkan bantuan hanya untuk petani yang di desanya telah ada perdes ini.

 

Efektivitas Alsintan

Dalam sarasehan, para petani meminta Dirjen PSP untuk memberikan bantuan traktor dan rice transplanter. Sebagai gambaran untuk lahan pertanian dengan metode SRI di Desnon, luas lahannya 2000 ha dan hanya tersedia 9 traktor. Padahal idealnya, 10 ha terdapat 1 traktor.

Menanggapi hal ini, Sumarjo justru meminta para petani untuk efisien menggunakan Peralatan Mesin Pertanian (Alsintan) seperti traktor dan rice tranplanter. Bahkan Sumarjo sangat tidak sepakat pemilikan pribadi atas alsintan.

“Jangan sampai satu RT satu alsintan. Apalagi sampai hanya dimiliki perorangan. Ini pemborosan. Juga SDM yang digunakan jadi tidak efisien. Alsintan kalau bisa digunakan bareng-bareng. Menyayangi kan tak harus memiliki,” ujar Sumarjo tak lupa bergurau.

Sementara itu hasil panen padi dengan Teknologi SRI di Desa Senon tercatat kenaikan signifikan dibandingkan tanpa metode SRI antara 16 persen hingga 33 persen. Dengan SRI, hasil mencapai 10,2 ton / ha atau 20.400 ton untuk 2000 ha. Jumlah rata-rata anakan 56 batang dengan jumlah mulir 200 bulir per batang. (humas/cie)

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *