Penggunaan Agensia Hayati sebagai pengendali penyakit kresek di Desa Karangpule Padamara

Bakteri penyebab penyakit kresek / hawar daun bakteri adalah bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae. Gejala hawar daun dimulai dari ujung tepi daun berbentuk garis gelembung berwarna kuning, gejala cepat berubah berwarna oranye atau mengering dalam beberapa hari. Bila infeksi pada pembibitan menyebabkan bibit kering. Bila infeksi melalui akar dan pangkal batang, akan muncul gejala kresek, seluruh daun dan bagian tanaman menjadi kering. Sumber infeksi dari penyakit kresek yaitu tunggul, jerami yang sudah terinfeksi, tanaman singgang, gulma dan benih padi yang sudah terinfeksi sebelum disemai.

Penyakit kresek dapat menyebabkan kehilangan hasil yang cukup tinggi yaitu pada musim penghujan 20-50% sedangkan pada musim kemarau 8-25 %. Secara kualitatif, laju infeksi penyakit tersebut semakin tinggi apabila daerah tersebut hujan dan disertai dengan angin. Penyebaran penyakit ini melalui air dan drainase yang buruk/tanaman padi yang selalu tergenang air.

Pengendalian yang direkomendasikan yaitu menggunakan benih yang sehat, memilih varietas padi yang toleran terhadap penyakit kresek, sanitasi lahan/ menyiangi gulma yang ada di sekitar pertanaman padi, menggunakan pupuk N sesuai dengan anjuran, penggunaan/pemanfaatan agensia hayati, dan mengatur jarak tanam padi menggunakan tanam jajar legowo.

Salah satu agen antagonis atau agensia hayati yang dapat digunakan untuk mengendalikan penyakit kresek yaitu bakteri Corynebacterium. Mekanisme kerja Corynebacterium atau sekarang dikenal dengan nama Paenybacillus polymyxa yaitu mengeluarkan zat metabolit sekunder yang mampu memblokade zona pertumbuhan bakteri penyebab penyakit kresek sehingga bakteri penyebab penyakit kresek kalah bersaing dalam menginfeksi tanaman padi. Agensia hayati keberadaannya melimpah di alam hanya saja pemanfaatannya saat ini masih minim, maka pemasyarakatan penggunaan agensia hayati dalam upaya pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) perlu dilakukan. Sehingga dapat mengurangi kehilangan hasil dan biaya produksi serta kelestarian lingkungan.

Pelaksanaan gerakan massal pada bulan Mei 2019 menggunakan agensia hayati di desa Karangpule Kecamatan Padamara dihadiri oleh petugas Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit Wilayah Banyumas, penyuluh pertanian, POPT dan anggota kelompok tani Ngudi Rahayu sebanyak 25 orang. Kegiatan ini berasal dari Anggaran APBD melalui LPHP Banyumas. Waktu penyemprotan dilakukan pada sore hari untuk menghindari terik matahari (siang) karena akan mempengaruhi efektifitas Paenybacillus sebagai agen antagonis. Sebelum petani melakukan penyemprotan, petugas POPT memberikan bimbingan teknis mengenai dosis penggunaan Paenybacillus polymyca dan alat semprot yang digunakan. Alat semprot terlebih dahulu dibersihkan apabila sebelumnya pernah digunakan untuk aplikasi pestisida kimia.

Dosis aplikasi Paenybacillus polymyxa menggunakan cara perendaman dan penyemprotan. Cara perendaman yaitu dengan merendam benih yang akan disemai menggunakan larutan dengan konsentrasi 10 ml/liter selama kurang lebih 15 menit. Cara penyemprotan di pertanaman menggunakan dosis 5 cc/liter dengan volume semprot 500 liter/hektar. Aplikasi Paenybacillus polymyxa pada saat tanaman padi berumur 2, 4 dan 6 minggu setelah tanam.

Program pertanian yang diselenggarakan oleh Pemerintah saat ini berupaya memacu lahirnya model pertanian organik. Salah satu contohnya kegiatan gerakan massal menggunakan agensia hayati Paenybacillus polymyxa untuk mengendalikan penyakit kresek/hawar daun bakteri pada tanaman padi. Transfer pengetahuan dan ketrampilan di petani melalui kegiatan gerakan massal masih merupakan cara yang efektif merubah perilaku masyarakat petani.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *