‘Pranoto Mongso’ Untuk Pertanian Purbalingga

Pranoto Mongso adalah pembagian musim dalam satu tahun yang disusun berdasarkan sifat-sifat dan siklus perubahan iklim di suatu wilayah dengan menggunakan metode “Ilmu Titen”. Yang dimaksud engan ilmu titen adalah ilmu yang didapat dari hasil pengamatan fenomena alam. Terkait dengan kegiatan budidaya tanaman, ada dua aspek yang sangat penting untuk dipelajari dari adanya pranoto mongso ini, yaitu:

  1. Hubungan antara jadwal waktu tanam suatu jenis komoditas tanaman tertentu dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan tanaman bersangkutan, sampai kepada tingkat
  2. Hubungan antara siklus perubahan cuaca dengan dinamika perkembangan hama dan penyakit tanaman.

Kedua hal tersebut di atas sangat diperlukan agar petani dapat menentukan jadwal waktu tanam yang tepat. Ada beberapa manfaat yang dapat diambil dari adanya jadwal waktu tanam ini, contohnya:

  • Mengurangi resiko gangguan hama dan penyakit tanaman, sehingga secara tidak langsung dapat menekan penggunaan pestisida.
  • Mengurangi resiko gagal panen atau puso akibat kekurangan air, kebanjiran, roboh terekena angin, dan sebagainya.
  • Produksi atau hasil panen diharapkan bisa maksimal apabila ditanam pada waktu yang tepat, karena keberhasilan budidaya tanaman sangat dipengaruhi kondisi lingkungan.

Memang iklim dan cuaca telah banyak mengalami perubahan. Namun perubahan yang terjadi juga tetap memiliki pola dan kecenderungan yang tetap bisa diamati. Dengan demikian, petani yang memiliki dasar pemahaman pranoto mongso tentu jauh lebih baik dibanding petani yang tidak punya pedoman.

Berdasarkan hasil pengamatan sementara, yang telah dilakukan dalam kurun waktu kurang lebih 11 tahun (tahun 2000 sampai dengan 2011), dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

  • Dinamika perkembangan populasi hama dan perkembangan penyakit tanaman sangat dipengaruhi perubahan cuaca.
  • Gangguan hama dan penyakit tanaman (OPT) pada musim hujan biasanya lebih berat dibandingkan dengan gangguan OPT pada musim kemarau. Gangguan OPT pada tanaman padi di sebagian besar wilayah Kabupaten Purbalingga mengalami perkembangan pesat pada pertengahan bulan Februari sampai dengan pertengahan bulan Maret. Dampak kerusakan yang ditimbulkannya akan mencapai klimaks (puncak) pada awal bulan April.
  • Jenis penyakit tanaman yang dominan di satu lokasi cenderung tetap. Sedangkan jenis hama yang dominan pada tiap tahunnya cenderung bergantian.
  • Pada musim kemarau, gangguan OPT pada tanaman padi biasanya banyak terjadi pada pertengahan bulan Juli.
  • Penyimpangan musim, seperti terjadinya fenomena kemarau basah (musim hujan sepanjang tahun) sebagaimana yang terjadi pada tahun 2010 dapat memicu terjadinya ledakan hama atau penyakit tertentu. Ledakan hama atau penyakit tersebut akan dirasakan dampaknya hingga satu tahun setelah terjadinya penyimpangan musim. Setelah siklus musim kembali normal, maka pola serangan hama dan penyakit juga berangsur kembali seperti biasanya.

Penetapan Jadwal Tanam

Dengan mengacu kepada Hasil-hasil pengamatan di lapangan, serta didukung dengan beberapa informasi dan pengalaman petani, maka dapat diketahui bahwa:

  • Kegiatan penyemaian benih padi untuk musim penghujan hendaknya sudah mulai dilakukan pada awal bulan November sampai dengan awal bulan Desember.
  • Untuk musim kemarau, penyemaian benih padi hendaknya dilakukan pada pertengahan bulan April. Sedangkan penanamannya dilakukan pada awal sampai pertengahan bulan Mei.

Untuk kawasan lahan tadah hujan atau kekurangan air, para petani sebaiknya tidak menanam padi pada akhir musim penghujan, karena tanaman padi akan kekurangan air, karena masa pertumbuhan sampai menjelang panen biasanya bertepatan dengan puncak musim kemarau. Petani sebaiknya menanam sayuran atau palawija

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *