Budidaya Tanaman Padi Sehat BPP Karangmoncol

Purbalingga merupakan salah satu Kabupaten penghasil serta pengkonsumsi beras terbesar di Jawa Tengah. Tingginya kebutuhan beras meningkatkan peluang terjadinya kegiatan budidaya padi yang intensif (2-3 kali setahun). Apabila kegiatan budidaya tersebut tidak dikelola dengan benar dapat menurunkan kualitas lahan budidaya padi akibat ketidakseimbangan ekosistem. Budidaya padi intensif juga berpotensi meningkatkan serangan OPT, diantaranya Wereng Batang Coklat (WBC) serta penyakit yang ditularkannya yaitu Kerdil Rumput/Hampa, Penggerek Batang Padi (PBP), penyakit blas dan penyakit hawar daun bakteri/kresek. Untuk mengatasi serangan OPT tersebut dilakukan upaya-upaya pengelolaan sesuai prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT), antara lain budidaya tanaman sehat dan pelestarian musuh alami.

Dalam budidaya tanaman sehat, hal yang perlu dilakukan antara lain pengolahan tanah secara baik dan benar serta pemupukan untuk mengembalikan kesuburan tanah. Pemupukan antara lain diupayakan dengan pemberian pupuk organik dan kapur dolomit untuk mengembalikan pH tanah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tanaman padi. Untuk mengembalikan pH tanah asam agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman padi, salah satunya dapat dilakukan dengan pemberian kapur dolomit. Selain itu, pemberian kapur dolomit dan pupuk organik juga mampu memperbaiki sifat 2 fisik, biologi, dan kimia tanah sehingga dapat menginduksi ketahanan tanaman terhadap serangan OPT. Untuk menekan perkembangan serangan OPT, musuh alami berperan penting dalam mengendalikan populasi OPT. Oleh karena itu, pemanfaatan dan pelestarian musuh alami perlu dikelola secara berkelanjutan di tingkat lapangan. Salah satu pengelolaan musuh alami OPT dilakukan dengan penanaman tanaman refugia. Tanaman refugia dapat meningkatkan biodiversitas (keanekaragaman hayati) sehingga agroekosistem menjadi lebih stabil dan akan mencegah terjadinya ledakan serangan (outbreak) OPT. Penerapan budidaya tanaman sehat dan pelestarian musuh alami dapat diadopsi petani dalam skala yang luas. Oleh karena itu, perlu dilakukan percontohan penerapan budidaya tanaman sehat dalam bentuk Demonstrasi Area (Dem Area). Sehubungan dengan hal tersebut, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan melaksanakan kegiatan Dem Area Budidaya Tanaman Sehat yang dikelola oleh kelompok tani/gabungan kelompok tani dan didampingi oleh petugas pusat dan daerah.

Kelompok tani Marga Utama 1 Desa Tamansari merupakan salah satu kelompok tani dari 5 kelompok tani yang ada di desa Tamansari yang sudah menerapkan budidaya tanaman padi sehat. Tujuan dari budidaya tanam padi sehat diantaranya memberikan contoh dan memotivasi petani untuk menerapkan budidaya tanaman sehat, serta mengelola keberadaan OPT agar tidak menimbulkan kerugian secara ekonomi.

Adapun kegiatan yang dilakukan oleh kelompok antara lain Sosialisasi Pertemuan bertujuan untuk mensosialisasikan kegiatan Dem Area Budidaya Tanaman Sehat. Pertemuan dilakukan secara swadaya dihadiri oleh anggota poktan penerima bantuan, petugas pendamping, aparat setempat dan/atau tokoh masyarakat. Pertemuan Perencanaan Pertemuan bertujuan untuk membahas pemetaan masalah, penelusuran budidaya tanaman, dan rencana aksi. Pertemuan dilaksanakan secara swadaya yang dihadiri oleh anggota poktan penerima bantuan dan petugas pendamping.

 

  1. Pelaksanaan kegiatan Pra Tanam
  2. Pembibitan dan penanaman refugia Pembibitan dilakukan sebelum pengolahan tanah. Hal tersebut dimaksudkan agar masa pembungaan tanaman refugia bersamaan dengan masa persemaian atau penanaman padi. Tanaman refugia dapat ditanam setelah pengolahan tanah selesai, dengan kombinasi jenis tanaman berbunga dan kedelai.
  3. Pengolahan tanah Pengolahan tanah dibagi dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu:
  • Pengolahan Tanah I, dilakukan dengan bajak/singkal. Proses pembajakan dilakukan dengan cara membalikkan lapisan tanah agar sisasisa tanaman (jerami) dan rumput dapat terbenam. Setelah tanah dibajak dibiarkan beberapa hari, agar terjadi proses fermentasi untuk membusukkan sisa tanaman di dalam tanah.
  • Pengolahan Tanah II, dilakukan proses penggemburan atau proses pencampuran antara bahan organik dengan tanah. Proses ini dimaksudkan agar bahan organik dapat menyatu dengan lapisan tanah. Pada proses pencampuran ini, air di lahan harus mencukupi, macak-macak. Proses pencampuran ini dilakukan sampai bahan organik menyatu dengan lapisan olah tanah dan membentuk lumpur. Proses ini dilakukan sekitar 1 minggu. Pada pengolahan tahap ini diaplikasikan pupuk organik dan kapur dolomit.
  • Pengolahan Tanah III, dilakukan proses perataan permukaan tanah dengan bantuan garu. Proses ini bertujuan agar lapisan tanah benar-benar siap untuk ditanami padi pada saat tanam dilaksanakan. Proses pengolahan tanah secara keseluruhan, waktunya berkisar antara 15 – 21 hari.
  1. Persemaian
  • Hindari membuat persemaian di lahan yang pada musim tanam sebelumnya terserang penyakit virus dan nematoda.
  • Lahan untuk pesemaian harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan dengan cara dicangkul hingga tanah menjadi lumpur dan pastikan tidak terdapat bongkahan tanah.
  • Lahan yang sudah halus lumpurnya, dibuat petakpetak. Antar petak dibuat parit untuk memudahkan pengaturan air.
  • waktu semai berkisar 15-21 hari sebelum tanam.
  • Benih yang direkomendasikan untuk tanam pada lahan seluas 1 ha sebanyak 25 kg dengan varietas padi yang tahan/toleran terhadap WBC dan bersertifikat.
  • Benih yang akan disemai dianjurkan untuk diseleksi.
  • Benih hasil seleksi kemudian direndam dengan air bersih semalam, dan diperam selama satu hari sampai tumbuh calon batang serta akar.
  • Benih yang telah keluar calon batang dan akar dianjurkan direndam dengan APH selama 10-15 menit.
  • Benih disebar di bedengan. Penyebaran benih harus merata agar benih tidak terjadi penumpukan.
  • Penggunaan pupuk anorganik disarankan sesuai dengan kebutuhan.
  • Pemupukan lahan pesemaian dilakukan satu minggu setelah benih disemai.
  • Amati keberadaan OPT di pesemaian secara rutin.
  • Lakukan aplikasi dengan APH jika ditemukan populasi hama di bawah ambang pengendalian. Jika populasi hama sudah di atas ambang pengendalian dapat digunakan insektisida kimia.
  • Khusus daerah endemis WBC, kerdil rumput/kerdil hampa dianjurkan diaplikasikan karbofuran.
  • Khusus daerah endemis penyakit blas dan kresek, dianjurkan diaplikasikan APH (Paenibacillus polimixa).
  • Pengendalian mekanik dilakukan untuk mengendalikan PBP dengan mengumpulkan kelompok telur dan dimusnahkan.
  1. Tanam

Bibit ditanam pada umur 15-21 hari setelah sebar (HSS). Saat mencabut bibit, pastikan akar tidak putus (tidak rusak). – Pengaturan jarak tanam dianjurkan menggunakan sistem tanam jajar legowo 2:1 atau 4:1. 21

  1. Pasca Tanam
  2. Penggunaan pupuk organik dan anorganik disesuaikan dengan kebutuhan tanaman, ketersediaan hara dalam tanah dan rekomendasi setempat.
  • Aplikasikan APH dianjurkan pada saat tanaman berumur 2, 4 dan 6 minggu setelah tanam.
  • Pengamatan secara rutin dilakukan agar keberadaan OPT diketahui sejak awal.
  • Pengendalian OPT dilakukan sesuai dengan Prinsip PHT. Jika populasi rendah, aplikasi menggunakan APH atau pestisida nabati. Jika populasi sudah diatas ambang pengendalian, dapat digunakan insektisida kimia.
  1. Penyiangan gulma dilakukan sesuai dengan kondisi pertanaman.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *