Gerdal dengan agensia hayati di Desa Dawuhan Padamara

Berbagai jenis pestisida yang beredar di kios pestisida yang terdapat di Kecamatan Padamara dapat diketahui dari hasil pelaporan pengawasan pestisida yang dilakukan oleh petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT). Pestisida yang lebih dikenal oleh petani dengan istilah”obat”juga sudah mulai digunakan tanpa memperhatikan akibat dari penggunaan pestisida yang berlebihan. Sebagian petani kurang memahami penerapan “5 tepat “dalam menggunakan pestisida yaitu tepat sasaran, tepat jenis, tepat dosis, tepat cara dan tepat waktu. Sehingga ekosistem di lahan sawah menjadi terganggu bahkan musuh alami yang seharusnya bisa menjadi teman petani malah nyaris punah keberadaannya ketika di lahan tersebut diaplikasi pestisida secara berlebihan. Salah satu permasalahan yang dihadapi petani dalam mengendalikan wereng batang coklat, apabila penggunaan pestisida secara berlebihan bisa terjadi resistensi (kekebalan terhadap pestisida) dan resurjensi (peledakan hama sekunder). Dengan adanya resistensi hama maka hama wereng coklat akan sangat sulit untuk dikendalikan. Biaya yang dikeluarkan oleh petani juga semakin besar, karena penggunaan pestisida yang berlebihan tidak menjamin keberhasilan dalam pengendalian wereng batang coklat.

Kerusakan ekosistem di lahan sawah yang mengakibatkan tidak seimbangnya antara populasi hama dan populasi musuh alami, sehingga hama wereng coklat bisa berkembangbiak dengan cepat akibat dari penggunaan pestisida yang berlebihan. Musuh alami yang seharusnya bisa digunakan untuk mengendalikan hama justru semakin berkurang keberadaannya. Pestisida yang digunakan di tingkat petani tidak hanya jenis insektisida (racun untuk mengendalikan serangga) tetapi juga jenis herbisida (racun untuk mengendalikan gulma) sudah banyak diterapkan oleh petani bahkan penggunaannya bersamaan dengan pemberian pupuk susulan pertama. Hal ini secara tidak langsung mengakibatkan tanaman padi menjadi terganggu dalam proses pertumbuhannya dengan ditandai gejala pada daun berwarna menguning dan daun sedikit mengering. Pengamatan agroekosistem yang dilakukan petani dan pemandu lapang pada kegiatan Dem Area Budidaya Tanaman Sehat (BTS) Padi maka dapat diketahui fase pertumbuhan tanaman dari persemaian, fase vegetatif, fase generatif (fase reproduktif dan fase pematangan) sampai dengan panen. Kegiatan BTS juga mengedepankan prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT) walaupun tidak anti terhadap pestisida hanya saja penggunaan pestisida merupakan alternatif terakhir dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman.

Penggunanaan Agensia Hayati harus diterapkan karena sebagian besar pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang mengandalkan bahan kimia, keamanan produk pertanian, ketidakseimbangan hayati, serta penghematan biaya produksi tanaman. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian RI No 411 Th. 1995, Pengertian Agensia Hayati adalah Setiap organisme meliputi semua jenis serangga, nematoda, protozoa, cendawan , bakteri, virus serta mikroorganisme lainnya yang dalam perkembangannya dapat digunakan untuk mengendalikan OPT. Berdasarkan hasil pengamatan dilapang bersama, terdapat populasi wereng batang coklat 2-5 ekor per rumpun jenis makroptera (pendatang) dan musuh alami jenis laba-laba 1 ekor per rumpun , Petugas POPT berkoordinasi dengan Penyuluh Pertanian dan kelompok tani Karya Utama 1 untuk melaksanakan gerakan pengendalian massal menggunakan agensia hayati berupa metabolit sekunder Beauveria bassiana.

Agensia hayati memiliki keuntungan yaitu selektivitas tinggi dan tidak menimbulkan baru, organisme yang digunakan sudah tersedia di alam, organisme yang digunakan aktif mencari dan menemukan inangnya, musuh alami dapat berkembangbiak dan menyebar, pengendalian berjalan dengan sendirinya, hama tidak menjadi resisten. Kekurangan dari agensia hayati yaitu pengendalian terhadap OPT berjalan lambat, hasilnya tidak dapat diramalkan, aplikasinya membutuhkan waktu yang tepat agar keefektifan tetap terjaga. Aplikasi Agensia Hayati sebaiknya dilaksanakan pada sore hari dengan tujuan untuk mempertahakan hidupnya pada kondisi lahan sawah yang cukup kelembapannya. Gerakan massal pengendalian wereng coklat di lahan kelompok tani Karya Utama 1 menggunakan agensia hayati Beauveria bassiana dilaksanakan 2 kali aplikasi. Pelaksanaan gerdal pada tanggal 26 Januari 2019 dan tanggal 15 Februari 2018. Setelah dievaluasi hasil pengendalian bisa efektif sehingga tidak terjadi perkembangan populasi wereng batang coklat.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *