Manfaat Embung Dan Antisipasi Perubahan Iklim Bagi Dunia Pertanian

Embung adalah bangunan konservasi berbentuk kolam/cekungan untuk menampung air hujan, air limpasan, mata air dan/atau sumber air lainnya, yang terbuat dari bahan beton, tanah yang diperkeras, lembaran terpal atau geomembran untuk dipergunakan mendukung usaha pertanian, peternakan maupun perikanan, dengan kapasitas maksimum 2.000 milimeter kubik.Kelebihan embung yaitu lokasi dekat lahan irigasi, menurunkan aliran permukaan serta meningkatkan kelembaban tanah. Akan tetapi, terdapat pula kekurangannya yaitu ketersediaan air terbatas serta membutuhkan biaya investasi dan operasional.

Akhir-akhir ini, embung tidak hanya difungsikan sebagai sumber pengairan, tapi bisa berfungsi sebagai objek wisata.Misalnya Embung Ngalenggeran dan Embung Sriten di Daerah Istimewa Yogyakarta yang terkenal dengan keindahannya dan ramai dikunjungi wisatawan.

Amanat Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 1 tahun 2018 tentang Percepatan Penyediaan Embung Kecil dan Bangunan Penampung Air Lainnya di Desa, terus dilaksanakan dan didukung oleh 3 Kementerian, yaitu Kementerian Pertanian, Kementerian Desa PDTT dan Kementerian PUPR. Kadang, embung yang sudah dibangun belum dimanfaatkan secara optimal. Mungkin saja karena pembangunan yang kurang difasilitasi dengan jaringan pendukung, atau keterbatasan informasi dan pengetahuan bagi masyarakat pengguna embung.Padahal, pemerintah sudah membangun 3.700 embung sampai dengan 2017.

Ada banyak teknologi pemanfaatan embung dan bangunan air lainnya yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan embung yang sudah ada. Terlebih dahulu kita harus mengidentifikasi potensi air seperti debit air dan volume air.Teknologi pemanfaaran embung diantara teknik eksploitasi (gravitasi atau menggunakan pompa), teknik distribusi (saluran terbuka atau saluran tertutup) serta teknik penyiraman (penggenangan, manual/semi manual, menggunakan emitter).

Embung sebagai langkah penyediaan pasokan air untuk lahan pertanian, terutama di musim kemarau.Embung adalah kolam yang berfungsi menampung air saat musim hujan. Limpasan air dari hujan ditampung ke dalam embung melalui saluran-saluran air untuk persediaan air di musim kemarau. Air yang dipasok dari embung, membantu tanaman padi tadah hujan terhindar dari kekeringan dan puso. Kekeringan adalah bahaya yang paling mengancam tanaman padi. Mengacu pada pada data Balai Penelitian Tanaman Padi (2016), pada musim kering 2015, puso pada lahan sawah mencapai 19.724 ha, dan 10.650 ha (54 persen) diantaranya disebabkan oleh kekeringan.

Embung memiliki beberapa manfaat yakni: menyimpan air yang berlimpah saat musim hujan, dengan demikian aliran permukaan, erosi tanah dan bahaya banjir di daerah hilir dapat ditekan. Embung juga dapat memasok kebutuhan air pada lahan tadah hujan saat musim kemarau, menunjang pengembangan usaha tani di lahan kering misalnya untuk tanaman pangan, perikanan, dan peternakan. Selain itu embung dapat memasok kebutuhan air rumah tangga.Berdasarkan data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (2013) sampai dengan tahun 2013 telah dibangun embung sebanyak 2087 unit di 18 provinsi dengan kapasitas tampung air sebesar 215.453.947 m3. Dari 2087 embung tersebut, 1143 embung berpotensi mengairi sawah irigasi seluas 115.434 ha.

Embung sudah lama dikembangkan khususnya di daerah lahan kering beriklim kering, dan menjadi salah satu teknologi untuk mengantisipasi ketidakpastian iklim terutama pada lahan sawah tadah hujan.Supaya embung berfungsi efektif maka pembangunannya harus memperhatikan aspek lokasi dan status lahan, Embung yang dibangun hendaknya terletak di daerah cekungan dan berada di lahan usaha tani, serta memiliki status lahan yang jelas.Lahan untuk embung harus memiliki tekstur liat berlempung atau lebih halus, serta berada pada kemiringan lahan antara 8-30 persen. Ukuran embung tergantung area tangkapan (catchment area) dan tujuan pemanfaatannya.

Pentingnya status lahan dalam membangun embung. Bila status lahannya tidak jelas, maka akan menyulitkan saat air embung dimanfaatkan dan pentingnya teknologi embung sebagai teknologi yang bisa digunakan oleh masyarakat.Presiden dan Menteri Pertanian menghendaki teknologi yang benar-benar bisa digunakan oleh rakyat, sekaligus dapat meningkatkan kesejahteraan petani, teknologi embung adalah salah satunya, didorong agar embung dapat menjadi salah satu inovasi teknologi yang dapat membantu petani mengantisipasi perubahan iklim dalam usaha tani, yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan mereka.

Presiden Joko Widodo sendiri mengungkapkan berkali-kali perihal pentingnya embung untuk pembangunan pertanian. Pemerintah bahkan menargetkan pembangunan sebanyak 30.000 unit embung di seluruh Indonesia pada tahun 2017. Angka tersebut lebih dari sepuluh kali lipat dari jumlah embung telah ada.Target tersebut dibebankan Jokowi pada Menteri Pertanian, Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Hal tersebut diungkap Presiden saat menghadiri Rapat Kerja Nasional (Rakernas) di Jakarta bulan Januari lalu.

Mengacu pada data Badan Litbang Pertanian (2016), total luas lahan kering dan lahan tadah hujan yang berpotensi dibangun embung di Indonesia sekitar 4 juta hektar. Kalimantan memiliki kawasan terluas yakni 1.3 juta ha, diikuti Sumatera 1.2 juta ha. Sementara lahan tadah hujan lebih kurang 2.1 juta ha atau sekitar 50% dari total luas di atas.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *