TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI JAJAR LEGOWO SUPER

Teknologi Jajar Legowo Super merupakan teknologi budidaya terpadu padi di lahan sawah irigasi berbasis sistem tanam jajar legowo 2:1. Teknologi tersebut dihasilkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian setelah melalui serangkaian penelitian dan pengkajian pada berbagai lokasi di Indonesia melalui Demarea. Keberhasilan tersebut mendorong untuk melaksanakan kegiatan tersebut secara massive di beberapa Provinsi sentra produksi padi untuk percepatan pencapaian peningkatan produksi padi Nasional, melalui Kegiatan Pengembangan Budidaya Padi Jajar Legowo (Jarwo) Super.

Bagian penting dari Teknologi Jajar Legowo Super adalah: 1) Varietas unggul baru (VUB) potensi hasil tinggi; 2) Biodekomposer yang diberikan bersamaan pada saat pengolahan tanah; 3) Pupuk hayati yang diaplikasikan melalui seed treatment dan pemupukan berimbang berdasarkan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS); 4) Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) menggunakan pestisida nabati dan pestisida anorganik berdasarkan ambang kendali; serta 5) Alat dan mesin pertanian, khususnya untuk tanam (jarwo transplenter) dan panen (combine harvester). Dijelaskan lebih lanjut, Hasil analisis usahatani menunjukkan bahwa teknologi Jarwo Super layak secara finansial dan dapat disarankan untuk dikembangkan secara luas oleh petani untuk mendongkrak produksi padi nasional menuju swasembada dan swasembada berkelanjutan

Langkah kerja:

  1. Penyiapan lahan dua kali bajak dan satu kali garu

Aplikasi Dekomposer (M-Dec) 4 kg/ha) yang dicampur secara merata dengan 400 liter air bersih. Setelah itu, larutan dekomposer disiramkam atau disemprotkan merata pada jerami/tunggul jerami pada petakan sawah, kemudian diglebeg dengan traktor. Tanah dibiarkan dalam kondisi lembab dan tidak tergenang minimal 7 hari

  1. Persemaian cara biasa.

Benih diperam selama dua hari, kemudian ditiriskan dan dicampur dengan pupuk hayati (Agrimeth) dengan dosis 400 g/20 kg benih. Benih yang telah tercampur ini kemudian segera ditanam dan sisa pupuk hayati dibenamkan di lahan persemaian

  1. Penanaman

Penanaman diawali dengan membuat “tanda” jarak tanam yang seragam dan teratur menggunakan caplak. Penanaman dilakukan secara manual atau dengan jarwo transplanter dengan jarak tanam (25cm x 12,5cm)x50cm, menggunakan bibit muda (umur 18 hss), ditanam sebanyak 2-3 batang/rumpun

  1. Pemupukan

Pemupukan 50-75-50 kg Urea-SP36-KCl/ha yang seluruhnya diberikan pada saat tanam. Pemupukan Urea selanjutnya berdasarkan skor BWD umur 6 MST, sehingga Urea yang dibutuhkan 150 kg/ha

  1. Penyulaman

Penyulaman selesai paling lama umur 2 MST atau sebelum pemupukan dasar. Ini dilakukan bila terjadi kehilangan rumpun tanaman akibat serangan OPT (keong mas, dll.) dan gangguan lain sehingga populasi tanaman tetap pada tingkat optimal

 

  1. Pengelolaan air

Pengelolaan air dimulai dari pembuatan saluran pemasukan dan pembuangan. Tinggi muka air 3-5 cm dipertahankan mulai dari pertengahan pembentukan anakan hingga satu minggu menjelang panen untuk mendukung periode pertumbuhan aktif tanaman. Saat pemupukan, kondisi air dalam macak-macak. Penyiangan gulma dilakukan pada saat tanaman berumur 21 hari setelah tanam (HST) dan 42 HST, secara manual

  1. Pengendalian H/P

Pengendalian H/P konsep pengandalian hama/penyakit terpadu dan menggunakan pestisida anorganik

  1. Panen

Panen Dengan dipotong manual atau menggunakan Combine Harvester.

Perontokkan gabah alat perontok (tresher)

Pengamatan komponen pertumbuhan (tinggi tanaman dan jumlah anakan maksimum), komponen hasil (jumlah anakan produktif, jumlah biji per malai, panjang malai, persentase gabah hampa, berat 1.000 biji), dan hasil/ha

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *